Dalam diam sebuah himpunan yang
hakiki dapat menjadi sebuah kenyataan saat berimpian. Ketika itu, seorang
wanita muda sedang asyik bercengkrama dengan teman sepermainannya. Setiap mata
memandang pasti meragukan setiap wanita tersebut. Apakah mereka benar wanita?
Masih dalam diam, setiap orang yang memandang tak berani untuk berkata
sebenarnya.
Suatu waktu ketika wanita-wanita ini
berpencar, banyak pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tak harus
dipertanyakan, tetapi si aku tetap memberanikan diri untuk ingin memperdalam
setiap wanita yang selalu bersama ini. Dalam diam, sang aku tetap menyimpan
pertanyaannya, apa aku diperbolehkan masuk kedalam kalian?
Dan sang aku hanya diam, tak berani
untuk mengungkapkan setiap kalimat. Dia hanya berfikir dalam diam, mungkin ia
bisa menjadi si aku yang sebenarnya. Diam-diam ia dapat mengikuti setiap alur
para wanita ini dan tanpa disadari ternyata si aku dapat masuk kedalam dunia
para wanita ini. Ia mencari setiap jawaban yang mata-mata memandang tersebut pertanyakan.
Mereka berbeda, mereka bukanlah mereka yang mata memandang ini pertanyakan.
Dalam hidup, si aku hanya berusaha
untuk hidup normal, bersama kehidupannya dan kehidupan orang lain, ada satu
dalam wanita tersebut, si aku merasa janggal, si aku merasa terlalu terpesona
melihat si wanita yang berada dalam kelompok itu. Apa harus dalam diam juga
untuk mengikuti setiap gerakan wanita ini? Dalam diam si aku mengikutinya.
Setiap langkah, mencari langkah, kemanakah ia menuju?
Banyak cerita yang si aku dapat
tentang si wanita berkerudung ini. Hati terlalu lembut, jiwa yang tenang,
sedikit cuek, akan tetapi terlalu indah ketika tersenyum. Apa si aku terlalu
diam untuk senyum melihat malaikat seindah ini? Si aku hanya memberanikan
dirinya dalam diam untuk menjaga kelembutan hati si wanita ini.
Tanpa sadar, begitu banyak waktu yang
terbuang, si aku mencari setiap pertanyaan tentang si wanita ini, siapa si aku
lainnya yang sudah menjaga hatinya? Mengapa bisa si aku lainnya ini mudah untuk
mendapatkan hati si wanita ini? Agh! Sudahlah pikir si aku. Dalam diam si aku
mungkin terasa tersakiti dengan setiap langkah wanita ini.
Masih dalam diam, mengapa sang aku
terlalu bodoh untuk bisa mengikuti setiap langkah wanita ini? Pertanyaan ini
selalu terbayang oleh si aku yang tak tahu mengapa pertanyaan tersebut bisa
ditanya oleh dirinya sendiri. Si aku tersadar ketika begitu indah dunia luar
daripada wanita ini, akan tetapi dunia luarlah yang menggambarkan wanita ini.
Sang aku berharap jika dunia luar adalah wanita ini, mungkin begitu banyak
keindahan yang bisa disebarkan di muka bumi ini. Terlalu banyak dunia luar yang
begitu munafik, dengki, iri dan terburuk sifat yang mereka punya, ada didalam
hatinya.
Mungkin dunia luar bisa membuat si
aku tenang. Dan masih terbayang sang wanita. Mungkin sang aku harus mengisi
setiap dunia luar menjadi sang wanita ini untuk mendapatkan keindahan yang
seutuhnya? Jangan selalu menyalahkan sang aku dengan keakuan yang begitu terpana
pada keindahan dunia ini.
Biarkan si aku bersama keindahannya!
Coba bayangkan setiap dunia luar yang munafik ini tak diimbangi dengan
keindahan ciptaan Tuhan ini? Si aku merasa, bukan saatnya untuk memiliki si
wanita ini, akan tetapi bagaimana dunia luar bisa memiliki si aku dengan wanita
ini hanya dalam diam.
Waktu berlanjut dengan setiap harapan
yang terbuat, bisa menjadi kenyataan dengan begitu mudah. Muda, sang aku
merelakan si wanita yang telah dijamah hatinya oleh sang aku lainnya, tapi, tua
ini, sang aku begitu yakin dengan keadaannya, ia begitu yakin dengan keadaan
sang wanita ini.
Sang wanita yang mungkin tak tahu
keberadaanya, sang wanita yang tak mudah untuk dicari. Dalam diam, dalam tuanya
ia selalu berdoa untuk kelangsungan dunia luarnya bersama sang wanita ini. Sang
aku sempat putus asa dengan usaha-usaha yang selalu sang aku lakukan. Untuk
menghilangkan sang wanita ini dari dunia luar bukanlah hal yang mudah.
Di tuanya, ia selalu berusaha untuk
menghindar dari setiap langkah sang wanita yang entah mengapa bisa berhubungan
secara dekat walaupun hanya sebentar. Sang wanita ditakdirkan untuk mempunyai
suatu pekerjaan yang sama dengan sang aku ini. Sang akulah pemimpin pekerjaan
ini, sang akulah penguasa dalam pekerjaan ini, bagaimana bisa sang wanita ini
tahu keberadaan si aku disini?
Hanya Tuhan yang mengetahui mengapa
si aku ditakdirkan kembali dalam diam untuk mencintai kembali wanita ini.
Terjalin kembali moment dimana dalam diam adalah salah satu peranan penting
sang aku yang dulu ternyata kebodohannya membuahkan hasil. Sekarang, bukan
dalam diam si aku untuk mengutarakan isi hatinya, dengan hatinya, ia berusaha
untuk bisa memikat hati sang wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar