Assalamualaikum wr.wb
Ini adalah makalah kimia yang dibuat oleh saya sendiri dengan data yang valid dari percobaan yang saya lakukan dengan teman-teman saya di kelas. Dengan semangat empat enam, akhirnya makalah ini dapat terwujud dengan baik. Penulisannya dimulai dari pukul 10 malam hingga 2 pagi. Ditemani dengan kue bawang buatan emak dan secangkir air putih, saya akhrirnya bisa melakukannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya zat terlarut yang nonvolatile(tidak mudah menguap) menyebabkan penurunan tekanan uap
pada suatu larutan. Karena tekanan uap larutan selalu lebih rendan daripada
tekanan uap pelarut murni pada suhu berapapun, maka garis beku (perbatasan fase
padat-cair) dan garis didih (perbatasan fase cair-gas) untuk larutan berada
dibawah garis beku/ didih pelarut. Sebagai konsekuensinya, pada tekanan yang
sama titik didih larutan menjadi lebih tinggi daripada titik didih pelarut dan
titik beku larutan menjadi lebih rendah daripada titik beku pelarut.
1.2 Tujuan
Mengetahui
faktor-faktor penyebab kenaikan titik didih dan penurunan titik beku pada
larutan elektrolit dan non-elektrolit
BAB II
LANDASAN TEORI
Titik didih merupakan satu sifat
yang dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara
molekul dalam cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah.
Karena adanya zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan harus
dinaikkan agar dapat mendidih. Dengan demikian, titik didih larutan akan lebih
tinggi daripada titik didih pelarut murni.
Begitu juga dengan penurunan
titik beku. Gejala penurunan titik beku analog dengan kenaikan titik didih.
Adanya penurunan tekanan uap larutan menggeser garis beku ke kiri, sehingga
titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu/Tanggal : Pukul 07.30 – 09.30 WIB / 16 September 2012
Tempat :
Laboratorium SMA Negeri 16 Medan
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1
Alat
1. Termometer
2. Erlenmeyer
3. Neraca
4. Hot Plate
3.2.2
Bahan
1. NaCl
2. Sukrosa
3. NaOH
4. Urea
5. Air
3.2.3
Skema Praktikum
1.
Percobaan 1
2. Percobaan 2
BAB 4
HASIL PENGAMATAN DAN PENGHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Percobaan 1
Larutan
|
Titik Didih
|
Waktu
|
NaCl
|
102 °C
|
1’
|
Sukrosa
|
111 °C
|
1’ 59’’
|
7NaOH
|
100 °C
|
1’ 7’’
|
Urea
|
100 °C
|
1’ 5’’
|
Air
|
100 °C
|
59’’
|
4.1.2
Percobaan 2
Larutan
|
Titik Beku
|
Waktu
|
NaCl
|
-9 °C
|
-
|
Sukrosa
|
-10 °C
|
3’ 4’’
|
NaOH
|
-
|
|
Urea
|
-7 °C
|
|
Air
|
-3 °C
|
1’ 19’’
|
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1
Kemolalan
·
NaCl (Mr=58) =
=2,6 Molal
=2,6 Molal
·
Sukrosa (Mr=3420) =
= 1,77 Molal
= 1,77 Molal
·
Urea (Mr=60) =
= 3,06 Molal
·
NaOH (Mr=40) =
= 2,5 Molal
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Faktor Titik Didih
Hasil
eksperimen Roult menunjukan bahwa Kenaikan titik didih larutan akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat
terlarut semakin besar. Titik didih
larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Hal ini juga diikuti dengan penurunan titik beku
pelarut murni, atau titik beku
larutan lebih kecil dibandingkan titik beku pelarutnya. Roult menyederhanakan ke dalam persamaan
Tb
= kb . m
Tb
= kenaikan titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih
molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1
mol zat dalam 1000 gram pelarut)
m = molal larutan (mol/100 gram
pelarut)
Perubahan titik didih atau ΔTb
merupakan selisih dari titik didih larutan
dengan titik didih pelarutnya,
seperti persamaan :
ΔTb
= Tb – Tbº
Hal yang berpengaruh pada kenaikan
titik didih adalah harga kb dari zat
pelarut. Kenaikan tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol terlarut
khususnya yang terkait dengan proses
ionisasinya. Untuk zat terlarut yang
bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didik harus dikalikan dengan
faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :
Dimana,
n
= jumlah ion-ion dalam larutan
α = derajat ionisasi
α = derajat ionisasi
5. 2. Faktor Titik Beku
Di percobaan ini kita menemukan setiap zat-zat yang di
teliti berbeda-beda. Misalnya saja pada sukrosa mempunyai titik beku paling
tinggi dan Urea yang memiliki molalitas berbeda lebih rendah titik bekunya dibanding
dengan NaOH dan NaCl. Dan tentunya semakin besar molalitasnya maka larutan
tersebut semakin rendah titik bekunya.
Garam memiliki titik beku yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pelarut murni “air”. Apabila ke dalam air kita larutkan
garam dan kemudian suhunya diturunkan sedikit demi sedikit, maka dengan
berjalannya waktu larutan tersebut secara perlahan akan berubah menjadi fasa
padat hingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara
keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair
dibandingkan fasa padat, akibatnya saat proses pendinginan berlangsung, larutan
akan mempertahankan fasanya dalam keadaan cair. Hal ini menyebabkan potensial
kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah sedangkan potensial kimia
pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Inilah sebab mengapa adanya zat
terlarut akan menurunkan titik beku larutannya.
Untuk jumlah konsentrasi sebuah larutan terhadap titik
beku dan titik didih, semakin besar konsentrasi zat tersebut akan mengakibatkan
semakin tingginya titik didih larutan dan semakin tingginya penurunan titik
bekunya.
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1.
Sukrosa mempunyai titik didih paling tinggi
dari keempat bahan yang ada
2.
Sukrosa juga mempunyai titik beku paling
rendah dari ke empat bahan yang ada
3.
Konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku