23 Mei 2012
Panitia abal-abal
Persiapan kita udah matang untuk menjalani perpisahan kakak2 kelas gue. oia, sebelumnya gue belum memperkenalkan diri gue dulu gue sebagai apa didalam panitia tersebut. gue jadi ketua panitia perpisahan. pengalaman pertama gue megang suatu acara yang bisa dibilang lumayan besar itu.
Tiga bulan sebelum acara...
Semua perwakilan kelas kita kumpuli buat rapat perpisahan ini. Yang gue suruh mah 3 orang per kelasnya, yang datang satu kompi per kelas. Dari sini gue udah mau mundur aja, gimana mau megang acara perpisahan kalo rapat kecil-kecil sebesar upil ini aja gue udah ribet ngaturnya. apalagi kakak-kakak kelas gue yang bisa dibilang cukup-cukup lah pokoknya. ampun kalo nyuruh mereka umtuk bisa diam di tempat.
rapat kita mulai. "kita, dari panitia mengumpulkan kakak-kakak dan adik-adik sekalian untuk mengikuti rapat persiapan perpisahan ini bertujuan untuk agar tidak ada kesalahpahaman antara panitia dan teman-teman sekalian" ucap gue dengan sok-sok berwibawa. Reaksi rakyat-rakyat jelata cuman hening, gak tau apa yang gue katakan. mungkin mereka cuman bisa bahasa planet ya? atau gue tadi yang makek bahasa hewan dari planet hewanotourousis.
Nah, disini yang akan kita bahas adalah masalah .... Belum sempat gue melanjutkan ucapan gue, udah dipotong oleh kakak-kakak kelas yang udah ngerti maksud gue. "masalah DN kan? alah, sudahlah, tak usah kau banyak bicara didepan situ. kau kalkulasikan saja semua bersama kita!" ujarnya yang bikin gue panik karena sebelumnya kita dari panitia belum buat kalkulasi dana. "Oke oke... kita buat sekarang" cuman itu yang keluar dari mulut gue.
Setelah para panitia berkumpul dan menuliskan beberapa hasil yang panitia buat... "kakak dan adik sekalian, inilah kalkulasi dari dana perpisahan kita yang harus kita bayar." dengan lantang gue berbicara. "Ah! yang gila sajalah engkau! kau suruh kami bayar sebanyak itu? hah? uang dari mana kami? kami ini bukan dari keluarga yang mapan dan bla bla bla (sampek 17menit 346 detik 9845 milidetik)" ujarnya dengan logat bataknya. gue heran dengan kakak-kakak dan adik-adik kelas gue, ngaku bukan dari keluarga yang mapan, tapi tiap hari tongkrongan kalo gak di KFC, ya di McD paling jatoh ya makan di restoran lesehan. Cuman bayar puluhan ribu aja tuk perpisahan harus demo satu sekolahan.
Rapat kita bubarkan karena kita gak punya hasil dan beberapa dari mereka udah ngajak demo sama pantiia gara-gara uang perpisahannya terlalu mahal. beberapa pun udah bawa kursi, kayu meja, kapur, dan lain-lain buat ngelempari panitia.
huft! gak disangka bisa seSETERES gini gue.
Pulang sekolah, gue dibekuk sama kakak-kakak kelas yang ada dipojokan kelas yang udah kosong. dalam hati gue, "ampuun, jangan perkosa gue, gue masih perjakaa!! tidaakk!!!" lagian, siapa sih yang mau memerkosa gue?
"eh, elu!lu ketua panitia perpisahan ya?" lagak kakak kelas yang bertubuh tinggi, kekar, botak, tapi ingusan. "ii.. ii.. ia bang. aku ketua panitia perpisahan. ee ee ee emang knapa bang? apa salahku? kau buat begini? kau tarik ulur tanganku hingga mau putus (d`masive)" gue berkata. "haa! kita kita mau bilangi sama elo! kalo lu buat uang perpisahan kita (BACA: ATALEJTAYKAR) mahal, gak bakalan lu selamat dunia dan akhirat! ngerti lu!" emang elu Tuhan apa bisa ngatur dunia dan akhirat gue?